“Pengkotak-kotakan masyarakat adalah budaya penjajah kolonial. Ini tak lebih dari strategi yang dulu dipakai untuk melemahkan kita dengan memecah-belah, dan sangat disayangkan jika sekarang ada yang mencoba menghidupkan kembali pola pikir seperti itu,” ujar Rian.
Lebih lanjut, Rian menegaskan bahwa kepemimpinan yang baik adalah yang menyatukan dan memperkuat kebersamaan, bukan yang justru memperlemah persatuan dengan menciptakan kelompok-kelompok. Menurutnya, masyarakat Luwu Timur membutuhkan pemimpin yang berpikir maju dan progresif, yang melihat semua warganya tanpa sekat-sekat politik atau sosial.
“Kami, pasangan Budiman-Akbar, mengusung kepemimpinan yang inklusif dan berkomitmen untuk membangun Luwu Timur bersama-sama, tanpa memandang latar belakang masyarakat. Masyarakat butuh pemimpin yang merangkul, bukan yang memisahkan,” jelas Rian, menegaskan komitmen pasangan Budiman-Akbar untuk menjaga persatuan.
Di masa kampanye ini, Rian mengimbau masyarakat agar lebih kritis dan bijak dalam memilih pemimpin. Menurutnya, jargon-jargon yang terkesan memisahkan hanya akan merugikan masyarakat ke depan dan dapat melemahkan kekuatan serta kebersamaan warga.
“Kami mengajak seluruh masyarakat Luwu Timur untuk bijak, jangan mudah terpengaruh oleh jargon yang memecah-belah. Pilihlah pemimpin yang mengusung persatuan dan visi yang membawa kemajuan bersama,” tutup Rian dengan penuh harap.